Liputan : Mapparanga (Biro Jambi)
JAMBI, WJI Network– Di balik bentangan hutan dan perlintasan jalan nasional yang melintasi Jambi, perang melawan narkoba tengah berlangsung senyap namun intens.

Kepala BNN Provinsi Jambi Brigjen Pol Wisnu Handoko, SIK, MH memimpin barisan terdepan dalam upaya pemberantasan narkotika dengan pendekatan multi-lapisan: sinergi lintas sektor, inovasi digital, hingga penguatan peran keluarga dan komunitas lokal.
Wilayah Provinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan empat provinsi—Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, dan Bengkulu—menjadikannya rentan sebagai jalur lintas peredaran narkotika.
“Kami memperketat pengawasan di titik-titik strategis seperti Bayung Lencir, Dharmasraya, hingga Indragiri Hilir,” tegas Kepala BNN Jambi. Melalui koordinasi intensif bersama Polri, TNI, hingga Bea Cukai, mereka membentuk barikade tak kasat mata yang menghadang lalu lintas gelap narkoba.
Tantangan di Akar Rumput

Tapi pertempuran ini tak hanya terjadi di jalur lintas. “Faktor literasi dan ekonomi masyarakat desa menjadi titik rawan,” jelasnya. Minimnya pemahaman dampak jangka panjang narkoba serta tekanan ekonomi membuat sebagian warga mudah tergelincir sebagai kurir atau pengguna. Di wilayah pedalaman, transaksi narkoba sering dilakukan dengan keyakinan bahwa ‘jauh dari pantauan’ berarti aman—sebuah ilusi yang ingin dihancurkan BNN.
Maka lahirlah program rehabilitasi berkelanjutan dengan pendekatan holistik. Tak hanya pengobatan, tetapi juga pendampingan psikososial, home visit, hingga konseling kelompok pascarehabilitasi. “Kami ukur kualitas hidup pasien berdasarkan aspek fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Ini bukan sekadar menghentikan konsumsi, tapi membangun kembali manusia,” ujarnya.
Dari Pecandu Menjadi Penggerak
Satu cerita transformasi menjadi simbol harapan: seorang eks-pecandu yang kini bekerja di BNN Jambi, bahkan memimpin Ikatan Konselor Adiksi Wilayah. “Dia dulu pecandu, kini inspirator. Kami ingin lebih banyak kisah seperti ini,” tuturnya.
Untuk menyentuh generasi milenial dan Gen Z, BNN Jambi beralih ke jalur digital. Video edukatif, tantangan TikTok, webinar bersama influencer, hingga lomba kreatif bertema anti-narkoba menjadi alat baru dalam kampanye. “Kita sedang bertempur di dunia yang sama dengan para pelaku: media sosial. Maka strategi kita juga harus cerdas dan relevan,” tegasnya.
BNN Jambi bahkan meluncurkan Program Duta Digital Anti-Narkoba, memberdayakan pelajar dan mahasiswa sebagai penyebar konten positif dan pelapor aktivitas mencurigakan secara daring.
Kesadaran kolektif menjadi bagian penting. Melalui pembentukan komunitas Bersinar (Bersih dari Narkoba), BNN melibatkan pemuda, tokoh agama, RT/RW, dan karang taruna dalam aktivitas seni, olahraga, dan kewirausahaan yang bertujuan mengalihkan atensi generasi muda dari bahaya narkoba.
“Pencegahan tidak bisa dilakukan hanya dari atas. Peran keluarga, tetangga, tokoh adat, semua harus bergerak. Kami dorong rehabilitasi berbasis keluarga, karena pemulihan paling ampuh adalah yang dimulai dari rumah,” ujarnya.
Indonesia Bersinar dari Tanah Melayu
Dengan visi “Indonesia Bersinar”, Kepala BNN Jambi bercita-cita menjadikan Jambi sebagai model wilayah bebas narkoba berbasis kolaborasi. Deklarasi P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika) dilakukan di tiap kabupaten/kota, agar pemerintah daerah ikut bertanggung jawab secara kolektif.
“Kita tidak bisa biarkan ini jadi beban BNN saja. Semua pemangku kepentingan harus ambil peran, agar anak-anak kita tumbuh di tanah yang bersih dari racun narkotika,” [01)
