Liputan : Slamet Wartawan WJI
NGAWEN, WJI.NETWORK : Banjir bukan sekadar bencana tahunan di Blora. Di Kecamatan Ngawen, realitas itu kembali datang dengan kekuatan penuh. Hujan lebat yang mengguyur sejak Senin sore hingga dini hari Selasa (20/5) mengubah desa-desa menjadi darurat bencana.

Tidak hanya jalanan dan sawah yang terendam, jembatan-jembatan penghubung antar desa rusak parah, bahkan putus total.
Warga tak hanya kehilangan akses, beberapa harus kehilangan tempat tinggal yang aman.
Camat Ngawen, M. Zainuri, S.Sos, dalam laporan tanggap daruratnya menyebutkan, “Kondisi ini sudah kami pantau sejak pukul 06.00 WIB. Banyak titik kritis. Kami segera berkoordinasi dengan semua OPD terkait. Ini bukan banjir biasa, ini darurat wilayah.”
Akses Warga Lumpuh
Di Desa Talokwohmojo, dua jembatan utama tak lagi bisa dilalui. Jembatan Temuwoh, penghubung vital antara Talokwohmojo dan Kesungsatriyan di jalur Trembulrejo–Randualas, amblas dan membahayakan kendaraan.
Sementara Jembatan Canggah bahkan sudah putus total sejak pagi. Akses warga terganggu total.
Situasi serupa terjadi di Desa Bergolo. Dukuh Kedaran dan Dukuh Pipes yang terendam hingga 70 cm menjadi wilayah terisolasi. Jembatan penghubung kedua dukuh ini juga putus. Warga hanya bisa menunggu bantuan dari luar.
“Kalau malam makin parah, air masuk terus. Kami sudah tidak bisa keluar. Jembatan putus, jalan juga banjir,” kata seorang warga Kedaran yang enggan disebut namanya, melalui sambungan telepon kepada redaksi.
Pemukiman Terendam, Warga Mengungsi Diam-Diam
Di Desa Bradag, air sempat masuk hingga kantor desa. Dua rumah warga yang berada di sempadan embung juga berada dalam status siaga longsor. Penghuninya telah mengungsi secara mandiri.
Di Punggursugih, rumah milik Rosidi kembali tergenang air setelah sebelumnya sempat surut. Desa Sumberejo juga mengalami dua bencana sekaligus: longsor dan banjir. Di Dukuh Ngembak, satu rumah warga atas nama Sukar kini berada di tepi longsoran.
Di Dukuh Sumberejo sendiri, banjir yang sempat surut kini berpotensi naik kembali.
Sungai Penuh dan Sawah Terendam
Desa Kendayaan dan Sendangagung menghadapi skenario terburuk. Sungai yang membelah permukiman warga sudah meluap. Di Kendayaan, satu rumah berada dalam posisi kritis di bibir sungai yang berpotensi longsor.
Di Sendangagung, Sungai Lusi meluber dan mulai membanjiri area persawahan.
“Air belum sampai ke rumah, tapi sawah sudah tergenang. Kalau hujan turun malam ini lagi, habis sudah,” ujar Sarmo, petani di Sendangagung.
Evaluasi Menyeluruh
Laporan ini telah dikirimkan langsung oleh Camat Ngawen kepada Bupati Blora, Wakil Bupati, dan Sekretaris Daerah. Lembaga-lembaga teknis seperti BPBD, Satpol PP, Dinas PU PR, Bakesbangpol, hingga Dinrumkimhub juga menerima tembusan.
Namun, pertanyaannya: seberapa cepat tanggapan itu akan berdampak? Sebab bencana di wilayah Ngawen bukan yang pertama.
Infrastruktur tua, tata kelola drainase yang belum optimal, hingga minimnya early warning system menjadi masalah berulang yang belum dijawab dengan kebijakan konkret.
“Kami sudah petakan lokasi rawan. Yang dibutuhkan saat ini bukan hanya tanggap darurat, tapi evaluasi menyeluruh terhadap perencanaan infrastruktur wilayah,” tegas Camat Zainuri.
Bencana Adalah Alarm
Kecamatan Ngawen kini menunggu. Menunggu bantuan datang, menunggu hujan reda, menunggu jembatan diperbaiki, dan menunggu keputusan dari para pengambil kebijakan.
Banjir dan longsor di Ngawen seharusnya tidak hanya menjadi berita harian. Ia adalah alarm keras bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim, perkuatan struktur desa, dan sistem peringatan dini tidak bisa lagi ditunda. (01)












Leave a Reply