
TEGAL, SAPUJAGAD.NET : Audiensi BNN–Pemkot Tegal pada 29 Desember 2025 menggarisbawahi arah kebijakan: P4GN tidak bisa lagi bertumpu pada penindakan saja.
Dengan pelajar menjadi kelompok rentan, medan utamanya bergeser ke sekolah dan kelurahan, melalui kurikulum anti narkoba yang operasional dan program Kelurahan Bersinar yang punya indikator, evaluasi, dan tindak lanjut yang tegas.

Audiensi Kepala BNN Kota Tegal Kunarto dengan Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono pada Senin, 29 Desember 2025, menandai babak baru kerja sama Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN).
Namun, pertemuan di Balai Kota itu datang di tengah sinyal darurat yang tidak bisa ditutup-tutupi: hampir setengah klien rehabilitasi BNN Kota Tegal pada 2025 adalah usia pelajar. Artinya, narkoba tidak lagi sekadar isu penindakan; ia sudah menyentuh ruang paling strategis—sekolah, keluarga, dan lingkungan kelurahan.
Audiensi membahas kondisi umum permasalahan narkoba, tantangan lapangan, serta kebutuhan dukungan kebijakan daerah—terutama implementasi Perda Kota Tegal Nomor 5 Tahun 2022 tentang fasilitasi P4GN dan prekursor narkotika, serta rencana integrasi kurikulum anti narkoba di satuan pendidikan formal.
Peredaran Masih Jalan
Data yang dirilis BNN Kota Tegal dalam “Pres Rilis Akhir Tahun 2025” memperlihatkan kerja pencegahan sudah masif: 1.296 kegiatan informasi/edukasi dengan jangkauan 89.831 orang, serta tes urine 38 kali kepada 1.560 orang, dengan 8 hasil positif.
Di sisi rehabilitasi, tersedia layanan rawat jalan dan pascarehabilitasi dengan 31 klien rawat jalan dan 30 klien pascarehabilitasi. Yang paling mengkhawatirkan: 48,38% klien merupakan usia pelajar.
Sementara pada aspek pemberantasan, BNN Kota Tegal melaporkan pengungkapan peredaran narkotika dengan barang bukti sabu 521,47 gram, ekstasi 662 butir, dan ganja 15 gram, serta 6 tersangka. Data ini menegaskan rantai pasok tetap bergerak, dan upaya pencegahan–rehabilitasi harus berdiri sejajar dengan penindakan. tegalkota.bnn.go.id
Dalam audiensi 29 Desember 2025, Wali Kota Tegal menyatakan komitmen Pemkot untuk mendukung program P4GN melalui penguatan koordinasi lintas OPD, pelibatan camat dan lurah, serta memasukkan P4GN dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah.
Di sinilah, ukurannya bukan lagi “siap kolaborasi”, melainkan seberapa cepat komitmen berubah menjadi dokumen kerja, anggaran, dan target kinerja yang bisa diaudit publik.
Rencana integrasi kurikulum anti narkoba juga menjadi ujian: apakah berhenti sebagai materi sosialisasi, atau benar-benar menjadi program pendidikan terstruktur (materi, pelatihan guru, indikator perilaku, mekanisme deteksi dini, rujukan rehabilitasi, hingga perlindungan peserta didik).
Harus Terukur
Salah satu fokus pengembangan yang dibahas ialah program berbasis wilayah “Kelurahan Bersinar”. BNN Kota Tegal bahkan telah menggelar rapat evaluasi Kelurahan Bersinar 2025 sebagai forum menilai capaian, efektivitas, peran masyarakat, serta kendala lapangan dengan dorongan agar ada langkah perbaikan dan rencana tindak lanjut yang lebih terarah.
Ini penting, karena “Bersinar” akan kehilangan makna bila hanya menjadi kegiatan seremonial tanpa penurunan risiko dan tanpa perubahan perilaku yang dapat diukur.
Titik Kritis 2026
Dengan data 2025 yang sudah terbuka, kolaborasi BNN–Pemkot Tegal memasuki fase yang menuntut keputusan tegas : Implementasi Perda No. 5/2022: rencana aksi daerahnya seperti apa, siapa penanggung jawab, dan target tahunannya apa?. Kurikulum anti narkoba: standar materi, pelatihan guru, serta mekanisme penanganan kasus di sekolah—bagaimana desainnya, kapan mulai berjalan, dan bagaimana evaluasinya? .
Pelajar sebagai kelompok rentan: ketika 48,38% klien rehabilitasi pelajar, pendekatan pencegahan tidak cukup berbasis slogan; harus ada deteksi dini, konseling, rujukan, dan pemulihan yang ramah anak.
Kelurahan Bersinar: indikator keberhasilan perlu spesifik—bukan hanya jumlah kegiatan, tetapi perubahan kondisi lingkungan, jaringan relawan aktif, serta kanal pelaporan dan rujukan yang berfungsi.
Audiensi 29 Desember 2025 memberi sinyal arah: kerja lintas sektor, masuk ke perencanaan daerah, dan menguatkan basis wilayah. Tetapi data 2025 juga memberi peringatan: tanpa target yang jelas, anggaran yang memadai, dan evaluasi yang ketat, kolaborasi mudah berakhir sebagai rutinitas rapat—sementara ancaman tetap bergerak di lapangan. (Jok.S/01)















Leave a Reply