Blora

NGOBROL Sersan di Mapolres Blora: Ketika KRITIK Menjadi KOMPAS, Asa MEMBANGUN Menjadi JALAN

Kolom : Kiem Bangsar

BLORA — Di balik hiruk pikuk penanganan kasus kriminal, ada ruang yang tenang namun sarat makna di Mapolres Blora.

Kapolres Blora dengan pejabat Forkopimda Blora

Kamis siang (24/4/2025), ruang kerja Kapolres Blora AKBP Wawan Andi Susanto berubah menjadi tempat perenungan kolektif.

Di sana, ada pertemuan antara kepolisian dan para jurnalis muda Blora berlangsung tak seperti biasanya: hangat, terbuka, dan visioner.

Diskusi diawali dengan pembahasan soal angka kriminalitas selama tiga bulan terakhir — data yang menjadi sorotan internal Polres Blora, dan juga kerap dibingkai media dalam tajuk-tajuk tajam.

Situasi ini sempat menimbulkan ketegangan tersendiri. Namun, nuansa serius berubah lebih inklusif saat jurnalis WJI Network, Bangsar, ikut bergabung atas undangan Kapolres.

Diskusipun berubah menjadi Sersan — serius tapi santai — tanpa kehilangan substansi. “Kami tak alergi terhadap kritik,” tegas AKBP Wawan.

“Justru kami membutuhkannya. Karena dari kritik itulah kami bisa memperbaiki diri, memperkuat pelayanan, dan menguatkan kepercayaan publik.”tegasnya

Pernyataan orang nomor 1 di korp baju coklat Polres Blora, tentu ini bukan basa-basi. Ia mengafirmasi betapa pentingnya keterbukaan informasi dan sinergi lintas elemen, termasuk media, sebagai bagian dari sistem kontrol sosial.

Kritik, katanya, harus dipandang sebagai jembatan korektif, bukan tembok permusuhan. Lebih dari itu, Kapolres Wawan mengangkat narasi yang lebih strategis: stagnasi ‘kondisi’ di Kabupaten berjuluk ” Bumi Samin” ini.

Ia tak ragu menyentil realitas bahwa Kabupaten Blora — meski kaya akan sumber daya seperti migas, kayu jati, dan hasil bumi — masih tertinggal dari sisi pembangunan ekonomi dan tata kelola.

“Blora ini punya segalanya, tapi banyak potensi belum terkelola. Lihat saja Bojonegoro, tetangga kita, yang sudah melesat karena mampu memanfaatkan potensi daerah secara optimal,” ujarnya dengan nada prihatin.

Data BPS 2024 menunjukkan bahwa PAD Blora hanya mencapai sekitar Rp300 miliar, masih jauh dibandingkan Bojonegoro yang sudah menembus angka Rp1 triliun. Juga dengan dua Kabupaten tetangga Rembang dab Grobogan yang lebih maju sisi perekonomiannya.

Bahkan sektor kehutanan dan pertanian yang jadi tulang punggung Blora belum mampu disinergikan dengan industri hilir maupun pariwisata berbasis alam.

Dalam forum itu, Kapolres tidak sekadar ‘Ngudoroso’ (Mengutarakan isi hatinya), Ia mengusulkan agar seluruh pemangku kepentingan — eksekutif, legislatif, dunia pendidikan, pelaku usaha, hingga media — duduk bersama untuk menyusun ulang cetak biru pembangunan daerah.

“Kalau semua pihak jalan sendiri-sendiri, Blora akan tetap jadi kabupaten potensial tapi tak pernah aktual. Sudah waktunya kita tinggalkan ego sektoral,” katanya tegas.

Pada akhir curah pikir nya, Kapolres menyampaikan komitmennya: bahwa Polres Blora bukan hanya institusi penegak hukum, tetapi juga penjaga harapan dan mitra perubahan.

“Kami siap jadi pelindung bukan hanya dari ancaman kriminal, tapi juga dari ketidakpedulian yang membuat daerah ini jalan di tempat,” pungkasnya.

Makna di Balik Sersan

Pertemuan siang itu bukan hanya memperlihatkan sisi humanis kepolisian, tetapi juga menegaskan bahwa perubahan besar kerap dimulai dari ruang dialog kecil yang jujur dan terbuka.

“Ngobrol santai” di Mapolres Blora telah menjelma menjadi forum intelektual yang menyulam asa — bahwa masa depan Blora tidak ditentukan oleh : “Siapa yang bicara paling lantang, tapi siapa yang paling siap berjalan bersama”. (O1)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

DITERBITKAN : PT Java Indo, AHU. 0109728.AH.01.11 Tahun 2020

Copyright © 2024 Sapujagad.net

To Top