BLORA, SAPUJAGAT. NET : PEMILU Kepala Daerah (Pilkada) Blora tahun 2024-2029 yang mempertarungkan dua pasangan Arief Rohman-Sri Setyorini (ASRI) dan Abu Nafi-Andika Adikrishna Gunarjo (ABDI) memasuki tahapan krusial yakni kampanye.
Publik (masyarakat Blora) pun telah ‘memotret’ bagaimana kiprah kedua pasangan calon pemimpin Blora lima tahun kedepan tersebut, baik melalui berbagai media kampanye yang mereka gunakan, maupun dari rekam jejak Paslon.
Pilkada Blora 2024 menjadi ajang persaingan yang menarik, di mana pengalaman, dukungan politik, serta kemampuan Paslon beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat lokal menjadi faktor kunci dalam kemenangan.
Bambang Sartono Wartawan Majalah Politik Indonesia yang memantau proses pelaksanaan Pilkada Blora 2024-2029 hingga memasuki tahapan Kampanye membuat catatan terhadap ‘potret’ dua kandidat Paslon tersebut baik dari sisi keunggulan dan kelemahan beserta respon public terkait visi-misinya.
Berikut adalah catatan kritisnya tentang keunggulan dan kelemahan masing-masing pasangan calon di Pilkada Blora tersebut
Keunggulan Pasangan Arief Rohman – Sri Setyorini (ASRI).
Pertama : Pengalaman dan Dukungan Politik. Cabub Arief Rohman, sebagai calon petahana, ia memiliki pengalaman memimpin Blora selama satu periode sebelumnya, dan ini menjadi kekuatan utama dalam mempertahankan dukungan masyarakat. Pasangan ASRI yang didukung oleh 12 partai besar, termasuk PKB, Gerindra, Golkar, Demokrat, dan Nasdem, yang memberikan basis politik yang sangat kuat
Kedua : Kedekatan dengan Tradisi Lokal. Arief Rohman dikenal dekat dengan budaya lokal dan mendapat dukungan dari komunitas tradisional seperti Sedulur Sikep dan Samin, yang dikenal karena integritas dan kejujuran. Ini memberikan sentimen positif dari masyarakat Blora yang menghargai tradisi.
Ketiga : Kedekatan dengan Kelompok Muda: Dukungan luas dari kelompok pemuda dan berbagai komunitas di Blora menunjukkan bahwa ASRI juga diterima dengan baik di kalangan milenial, yang dapat menjadi modal penting untuk menjaring suara pemilih muda.
Meski memiliki banyak keuanggulan, Pasangan Arief Rohman – Sri Setyorini (ASRI) juga memiliki berbagai kelemahan.
Meskipun memiliki banyak dukungan dari kelompok pemuda dan komunitas budaya, tantangan tetap ada dalam memastikan bahwa semua segmen masyarakat, terutama di pedesaan atau yang kurang terjangkau, merasa terlibat dan mendukung kebijakan-kebijakannya.
Arief Rohman memiliki popularitas tinggi dan kepuasan masyarakat atas kinerjanya selama masa jabatan sebelumnya. Namun, salah satu kelemahan yang mungkin dihadapi adalah adanya sekitar 23% pemilih yang masih belum menentukan pilihan (swing voters).
Kelompok ini dapat menjadi penentu dalam hasil akhir Pilkada. Selain itu, meskipun secara keseluruhan dominan, para penantang mungkin akan memanfaatkan ketidakpuasan di segmen tertentu untuk melemahkan posisinya.
Sementara Keunggulan Pasangan Abu Nafi – Andika Adikrishna Gunarjo (ABDI).
Pertama : Dukungan partai koalisi PDIP dan PPP. Meskipun hanya didukung oleh dua partai besar (PDIP dan PPP), pasangan ABDI memiliki kekuatan solid dari PDIP, yang secara nasional dikenal memiliki pengaruh besar di wilayah pedesaan dan dapat memobilisasi massa melalui struktur partai yang kuat.
Kedua : Figur Abu Nafi yang Populer. Abu Nafi adalah sosok yang dikenal di masyarakat Blora, dengan latar belakang politik yang panjang dan jaringan kuat di akar rumput. Hal ini dapat menjadi keunggulan bagi ABDI dalam meraih suara di daerah-daerah di mana Arief belum cukup kuat.
Ketiga : Pengalaman dan semangat. Keunggulan pasangan Abu Nafi dan Andika Adikrishna di Pilkada Blora juga terletak pada kombinasi pengalaman dan semangat muda. Abu Nafi adalah seorang politisi senior dengan pengalaman panjang dalam pemerintahan, sementara Andika mewakili generasi muda dengan semangat pembaruan.
Mereka diusung oleh koalisi PDIP dan PPP, yang memberikan dukungan politik yang kuat. Selain itu, pasangan Abu-Andika juga menekankan komitmen untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan membawa perubahan positif bagi Kabupaten Blora.
Sementara Kelemahan Pasangan Abu Nafi – Andika Adikrishna Gunarjo (ABDI) Pertama : Minim Dukungan Partai, dibandingkan pasangan ASRI, ABDI hanya didukung oleh dua partai, yang bisa menjadi kelemahan dalam menggalang dukungan luas di berbagai wilayah. Minimnya dukungan partai ini mungkin membatasi daya jangkau mereka dalam kampanye.
Kedua : Kendala Strategi Kampanye. Dalam hal strategi dan pencitraan, pasangan ABDI tampak kurang menonjol dibandingkan ASRI, yang memiliki pendekatan lebih visual dan kultural dalam menarik dukungan, terutama dari komunitas muda dan masyarakat adat.
Respon Visi-Misi
Terkait dengan visi-misi kedua pasangan Cabub tersebut jika disandingkan dengan realita dan kondisi di lapangan, Blora saat ini mendapat respon perbedaan pandangan yang menarik.
Pasangan Arief Rohman-Sri Setyorini (ASRI) dinilai unggul terutama karena pengalaman Arief sebagai bupati petahana, yang telah membangun infrastruktur selama periode sebelumnya. Publik merespons positif visi mereka yang menekankan kelanjutan pembangunan infrastruktur dan pelestarian budaya lokal, serta keberpihakan kepada kelompok muda dan komunitas tradisional.
Hal ini memperkuat dukungan dari berbagai kalangan, terutama masyarakat pedesaan dan kelompok-kelompok budaya.
Namun, meski Arief Rohman difavoritkan, beberapa kritik muncul terkait beberapa aspek pembangunan yang dianggap belum merata. Sejumlah warga menyatakan harapan agar di periode kedua nanti, Arief bisa lebih memperhatikan daerah-daerah terpencil yang masih tertinggal dari segi infrastruktur.
Di sisi lain, pasangan Abu Nafi-Andika Adikrishna Gunarjo (ABDI) menonjolkan visi pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Abu Nafi, sebagai politisi senior, menawarkan pengalaman panjang di bidang politik dengan komitmen pada pemerintahan yang lebih transparan dan inklusif.
Meski begitu, dukungan terhadap ABDI masih lebih terbatas, terutama karena kurangnya dukungan dari partai besar dibandingkan ASRI. Namun, beberapa kalangan melihat pasangan ini sebagai alternatif yang segar dengan komitmen yang kuat pada integritas.
Secara keseluruhan, respon publik terhadap kedua kandidat bervariasi. Arief Rohman masih dianggap sebagai favorit, terutama karena pengalamannya, tetapi pasangan ABDI mendapatkan perhatian dari mereka yang menginginkan perubahan lebih radikal dalam hal tata kelola pemerintahan. (*)
Bagus P, Editor : @bangsar24