Mengulik Desa Pinggiran di Blora yang Berjibaku Menggantang Perubahan
Liputan S.Wijayanto
BLORA, WJI.NETWORK -Tersembunyi di lereng selatan Kabupaten Blora, Desa Pelem di Kecamatan Jati, Kab. Blora perlahan bangkit dengan wajah baru. Di bawah kepemimpinan Suyoto, SY sejak 29 Desember 2021, desa ini bergerak melampaui sekadar pembangunan fisik. Ia menjadikan keterbatasan sebagai kekuatan, dan menjadikan masyarakat sebagai pusat perubahan.

“Desa kami ini termasuk di pinggiran. Tapi bukan berarti harus tertinggal terus,” ujar Suyoto, saat ditemui di Balai Desa Pelem.
Jalan & Infrastruktur Jadi Prioritas
Suyoto yang juga Ketua Praja Jati memulai langkah dari yang paling dibutuhkan warganya: infrastruktur dasar. Drainase, pavingisasi, dan akses jalan jadi perhatian utama. Salah satunya adalah proyek strategis yang tahun ini akan terealisasi, yakni pembangunan jalan penghubung dari Dukuh Ngelo menuju Serut hingga Kedungglagah. Jalan ini sebelumnya sempat diajukan untuk dikerjakan secara swakelola, namun ditolak oleh pemerintah kabupaten.
“Saya pernah diminta untuk bangun jalan secara swakelola, padahal tidak diperbolehkan oleh aturan. Akhirnya kita perjuangkan lewat jalur resmi dan alhamdulillah tahun ini bisa dianggarkan melalui APBD,” jelas Suyoto.
Jalan penghubung ini krusial karena menjadi urat nadi aktivitas warga — baik untuk pertanian, perdagangan hasil bumi, hingga akses pendidikan dan kesehatan.
SDM Muda dan Gotong Royong

Namun, Suyoto menegaskan bahwa pembangunan tidak hanya soal beton dan aspal. Ia menyadari, SDM muda desa memiliki energi yang besar jika diarahkan. Pemerintah desa aktif mengajak generasi muda terlibat dalam program-program desa, mulai dari kerja bakti hingga pelatihan kewirausahaan lokal.
“Kalau tidak kita libatkan, pemuda desa bisa acuh. Tapi kalau dirangkul, justru mereka jadi ujung tombak,” katanya.
Nilai gotong royong pun terus dijaga. Dari pembangunan fasilitas umum hingga kerja kolektif saat panen dan musim kemarau, masyarakat menunjukkan solidaritas tinggi. “Modal sosial ini yang paling mahal,” tegasnya.
Tantangan Blora Selatan

Meskipun berbagai kemajuan dicapai, Suyoto tidak menutupi bahwa wilayah Blora selatan, termasuk Desa Pelem dan Kedungjati, masih sering dilupakan dalam peta besar pembangunan daerah.
“Wilayah selatan ini masih tertinggal dari segi akses, perhatian, dan anggaran. Kami butuh dukungan nyata, bukan hanya janji,” tegasnya.
Beberapa inisiatif desa harus tertunda karena terbentur birokrasi dan keterbatasan fiskal. “Seringkali harus bolak-balik ke kabupaten hanya untuk klarifikasi atau advokasi anggaran,” keluhnya.
Kami Tidak Menyerah
Namun, semua tantangan tersebut tidak menyurutkan langkah. Suyoto percaya bahwa kesabaran, komunikasi aktif, dan kerja kolektif adalah kunci. “Kami tidak menyerah. Tidak akan pernah,” ujarnya dengan tegas.
Dengan dukungan masyarakat, koordinasi lintas sektor, dan kesadaran akan potensi desa, Pelem kini menjadi gambaran bagaimana desa kecil pun bisa menyalakan obor perubahan. “Yang penting niat baik dan kerja nyata. Perubahan tidak datang dari atas, tapi dimulai dari bawah,” pungkas Suyoto
Potret Asa dari Desa Pelem
Desa Pelem adalah cermin kecil dari asa besar. Di tengah keterbatasan, mereka menunjukkan bahwa semangat dan kepemimpinan visioner mampu menggerakkan perubahan. Di tangan figur seperti Suyoto desa tidak hanya dibangun, tetapi juga ditumbuhkan.
“Kami ingin Pelem jadi bukti bahwa dari pinggiran pun kita bisa melangkah maju, asal tidak berhenti berjuang,” tutupnya. (*)
